Manifestasi Sang Hyang Widhi Hindu di Bali
Berdasarkan Widhi Tattwa dan Lontar Buwana Kosa
Sesungguhnya Ida Sang Hyang Widhi adalah tunggal (Ekam Eva Adwityam Brahman), tetapi Beliau memiliki kemahakuasaan untuk bermanifestasi melalui kekuatan "Maya"Nya menjadi kekuatan Dewa-Dewi, Bathara-Bhatari, Bhuta, Kala, Durga, Danawa, Paesaca termasuk alam semesta serta isinya. Kata Widhi berasal dari akar kata "VID" yang artinya widya (maha mengetahui). Beliau maha agung, suci murni, tenang dan tentram maha sempurna. Karena kesempurnaan Nya Beliau juga disebut "Parama Siwa". Beliau seutuhnya bersifat Purusa (cetana), merupakan kesadaran tertinggi yang melingkupi segalanya, tanpa aktifitas, belum ada pengaruh maya, dengan demikian Beliau bergelar "Nirguna Brahman".
Kemudian Sang Hyang Widhi mulai bermanifestasi, menjadikan diri Nya sendiri, berarti Beliau mulai menggunakan kekuatan maya Nya yang bersifat "Guna" sehingga kesadaran aslinya yang maha suci murni berkurang. (Ini adalah bentuk "pengorbanan" dari Sang Hyang Widhi untuk terciptanya kehidupan. red). Pada keadaan ini muncul kemahakuasaan Nya serba guna seperti berpendengaran serba jelas (Durasrawana), berpenglihatan serba jelas (Durasarwajna), mengetahui keadaan yang telah silam (Atita), yang sekarang (Wartamana) dan keadaan yang akan terjadi (Nagata). Beliau telah aktif, memiliki sifat pengampun, memberikan sinar penerangan, berinfiltrasi (Wyapi) tiada berwujud (Arupa) menjadi objek pemujaan dari semua makhluk, sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur hasil ciptaan Nya, maka beliau bergelar "Sada Siwa".
Melihat dari kemahakuasaan Nya yang memiliki sifat serba guna maka Beliau disebut juga sebagai "Saguna Brahman".
Sang Hyang Sadasiwa bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Anerawang, kemahakuasaan Nya berupa getaran-getaran halus.
Sang Hyang Anerawang bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Taya, kemahakuasaan Nya berupa bayangan yang masih samar-samar.
Sang Hyang Taya bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Ruci, kemahakuasaan Nya sudah berwujud tetapi belum jelas.
Sang Hyang Ruci bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Adi Suksma, kemahakuasaan Nya berupa embun yang gemerlapan.
Sang Hyang Adi Suksma bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Siwa , pada saat ini pengaruh kekuatan maya Nya sudah makin besar sehingga Beliau memiliki Guna yang sempurna, kemahakuasaan Nya berupa Sakti, memiliki kekuatan Cadu Sakti. Beliau maha kerja, berinfiltrasi ke jagat raya dan bersemayam pada semua makhluk, dengan demikian Beliau memiliki sebutan "Kriya Guna Brahman".
Sang Hyang Siwa bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu menjadi kekuatan Purusa (Cetana) dengan sebutan Sang Hyang Macongol, dan kekuatan Prakerti (Acetana) dengan sebutan Sang Hyang Mecaling.
Setelah Sang Hyang Siwa bermanifestasi menjadi dua kekuatan Purusa-Prakerti, dengan masing-masing kekuatan memiliki sifat berbeda-beda, kemudian kekuatan tersebut menyatu kembali. Maka terjadilah suatu proses yang menghasilkan suatu reaksi yang amat dahsyat yaitu terjadinya pijaran api yang tak terhingga besarnya. Akhirnya menjadi gumpalan api yang maha besar, memiliki gaya dan daya putaran (mudra). Keadaan ini disebut Brahmanda (telur Brahman). Pada saat terjadinya manifestasi ini disebut masa penciptaan, swabawa Beliau disebut Sang Hyang Tunggal.
Karena perputaran Brahmanda tersebut maha dahsyat, maka terlemparlah keluar berupa percikan-percikan api. Percikan-percikan inipun memiliki gaya dan daya putaran juga (mudra), bentuk ini disebut Mahatresu-Mahatresu. Mahatresu inilah menjadi istilah planet-planet termasuk Bumi. (Identik dengan teori Big Bang. red). Keseimbangan dan perputaran Bumi (Cakrawala) diatur oleh kekuatan manifestasi Sang Hyang Widhi dengan swabawa Nya Sang Hyang Eka Bumi sebagai pengatur keserasian planet-planet.
Sang Hyang Eka Bumi kemudian bermanifestasi lagi dengan swabawa Tri Murti dengan kemahakuasaan Nya sebagai pencipta, pemelihara, pemralina (pelebur) dan memberi kekuatan terhadap Tri Loka, yaitu :
Hyang Brahma sebagai kekuatan pencipta, menguasai Bhur Loka (Pertiwi).
Hyang Wisnu sebagai kekuatan pemelihara, menguasai Bwah Loka (Udara).
Hyang Siwa sebagai kekuatan pemralina (pelebur), menguasai Swah Loka (Langit).
Dari manifestasi Tri Murti inilah mulai adanya rantai kehidupan di jagat raya samasta, yaitu dengan adanya kelahiran (Utpeti), kehidupan (Stiti), dan kematian (Pralina) terkait tentang terciptanya tumbuh-tumbuhan (Sarwa Meletik), binatang (Sarwa Prani) dan manusia, demikian juga mengalami lahir, kehidupan dan kematian.
Selanjutnya Sang Hyang Tri Murti bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Asta Siwa, dengan kemahakuasaan Nya berinfiltrasi pada masing-masing Dewa dengan swabawa Sang Hyang Asta Dewata sebagai manifestasi delapan kemuliaan Sang Hyang Widhi (Asta Aiswarya). Sang Hyang Asta Dewata menjadi kekuatan pada delapan penjuru mata angin untuk memelihara keseimbangan sekala-niskala (Wahya Diatmika) agar titah Nya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Demikian juga untuk memelihara keserasian dan keseimbangan Asta Dewata maka Sang Hyang Siwa berfungsi sebagai sumbu (sumber) dalam pengaturan titah tersebut, sehingga Beliau disebut Dewata Nawa Sanga, yaitu :
Madya/Tengah/Pusat/Poros/Sumbu yaitu Sang Hyang Siwa
Purwa/Kangin/Wetan/Timur yaitu Sang Hyang Iswara
Geniyan/Genean/Kelod Kangin/Tenggara yaitu Sang Hyang Mahesora
Daksina/Kelod/Kidul/Selatan yaitu Sang Hyang Brahma
Neriti/Kelod kauh/Barat Daya yaitu Sang Hyang Rudra
Pascima/Kauh/Kulon/Barat yaitu Sang Hyang Mahadewa
Wayabya/Kaja Kauh/Barat Laut yaitu Sang Hyang Sangkara
Uttara/Kaler/Lor/Utara yaitu Sang Hyang Wisnu
Ersaniya/Kaja Kangin/Timur Laut yaitu Sang Hyang Sambu
Kemudian Sang Hyang Siwa bermanifestasi sebagai kekuatan Segara (laut) dengan sebutan Sang Hyang Parama Wisesa dengan swabawa Nya Sang Hyang Siwa Waruna. Beliau maha sakti sebagai pelebur segala kekotoran bumi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Gunung dengan swabawa Nya Sang Hyang Giri Jaya.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Danau dengan swabawa Nya Sang Hyang Dewi Danuh.
Bermanifestasi sebagai kekuatan sawah (pertanian/perkebunan) dengan swabawa Nya Sang Hyang Dewi Sri.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Desa dengan swabawa Nya Sang Hyang Upasedana.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Bale Agung dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Bagawati.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Puseh dengan swabawa Nya Sang Hyang Ganapati.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Dalem Setra dengan swabawa Nya Sang Hyang Uma Dewi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Setra (kuburan) dengan swabawa Nya Sang Hyang Durga Dewi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pemuhunan (tempat pembakaran mayat) dengan swabawa Nya Sang Hyang Berawi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Penguluning Setra dengan swabawa Nya Sang Hyang Brahma Prajapati.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di air pancoran atau bulakan atau mata air dengan swabawa Nya Sang Hyang Gayatri.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada jurang parung dengan swabawa Nya Sang Hyang Gangga Dewi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada perempatan jalan (Catus Pata) dengan swabawa Nya Sang Hyang Catur Loka Pala.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada pertigaan jalan (Marga Tiga) dengan swabawa Nya Sang Hyang Sapuh Jagat.
Pelinggih / Stana tempat menghaturkan banten (sesajian) kepada manifestasi Sang Hyang Widhi yang disebut juga sebagai Sang Hyang Trisemaya atau Sang Hyang Sapuh Jagat.
Mulai ke Perumahan (Silahkan diserasikan juga dengan catatan saya sebelumnya tentang "Manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa dan Stana Nya")
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Kemulan/Rong Tiga dengan swabawa Nya Sang Hyang Guru Suksma. Beliau memiliki sifat Purusa-Pradana. Beliau adalah sumber dari segala pengajaran, meraga atma (berwujud atma/roh) pada rong kanan (selatan) bersifat Brahma sebagai Purusa dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Guru. Pada rong kiri (utara) bersifat Wisnu sebagai Pradana dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Adi Guru. Pada rong tengah menjadi penyatuan Purusa-Pradana meraga niratma (berwujud bukan atma/roh) bersifat Siwa dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Parama Adi Guru.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Catu Meres (Gedong yang tidak bertumpang) dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Manik Galih (Dewa padi dan beras atau sumber makanan).
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Gedong Sari (Sanggah Natah) dengan swabawa Nya Sang Hyang Siwa Reka.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Piasan dengan swabawa Nya Sang Hyang Wenang.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Bhuta Dewa pada bangunan suci Taksu dengan swabawa Nya Sang Hyang bhuta Kala Raja.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Durga Maya pada bangunan suci Penunggun Karang dengan swabawa Nya Sang Hyang Durga Manik.
Durga Manik artinya Dharma Wisesa, bentuk kekuatan ini yang paling dekat dengan manusia, oleh karenanya apabila manusia tidak melaksanakan pekerti atau pemeliharaan secara spiritual terhadap Dwi Hita Karana (hubungan dengan lingkungannya) maka kekuatan ini akan memperingatkan manusia melalui kekuatan wisesanya. Demikian pula sebaliknya, kekuatan ini akan memberikan kekuatan Dharmanya jika manusia tetap melaksanakan hubungan baik dengan lingkungannya.
Bermanifestasi sebagai kekuatan penjaga atau proteksi di depan halaman (sebelah kanan pintu gerbang) pada bangunan suci Lebuh dengan swabawa Nya Sang Hyang Wisesa.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Duara Pala pada setiap bangunan suci Kori, Apit Lawang (pintu gerbang) dengan swabawa Nya Sang Hyang Panca Kala. Kemudian di sebelah kanan pintu keluar Sang Maha Kala, di sebelah kiri Sang Adi Kala. Tepat di pintu masuk Sang Kala, di depan pintu Sang Sunia Kala, pada aling-aling Sang Dora Kala. Sehingga tercipta tanda + (tapak dara) pada pintu masuk pekarangan.
Sang Panca Kala bermanifestasi menjadi suatu kekuatan untuk menguji sradha (keimanan) manusia dengan swabawa Nya Sang Durga Bhucari. Kekuatan ini bertitik sentrum di depan halaman rumah (Lebuh).
Bermanifestasi sebagai kekuatan untuk menguji sradha manusia dengan swabawa Nya Sang Kala Buchari, dengan bertitik sentrum pada halaman rumah (natah).
Bermanifestasi sebagai kekuatan untuk menguji sradha manusia dengan swabawa Nya Sang Butha Buchari, dengan bertitik sentrum pada halaman tempat pemujaan (natah Pemerajan/Sanggah).
Demikian beberapa isi petikan dari beberapa sumber ajaran Hindu Bali, mungkin masih banyak yang kurang tetapi mudah-mudahan berguna untuk di sebar luaskan sebagai tambahan informasi yang edukatif, praktis dan merupakan katalisator dalam pengentasan kemiskinan spiritualitas.
Dikutip dari buku : Manifestasi Sang Hyang Widhi
Oleh : Drs. I.B. Putu Sudarsana, MBA. MM.
Yayasan Dharma Acarya Denpasar Bali.
Berdasarkan Widhi Tattwa dan Lontar Buwana Kosa
Sesungguhnya Ida Sang Hyang Widhi adalah tunggal (Ekam Eva Adwityam Brahman), tetapi Beliau memiliki kemahakuasaan untuk bermanifestasi melalui kekuatan "Maya"Nya menjadi kekuatan Dewa-Dewi, Bathara-Bhatari, Bhuta, Kala, Durga, Danawa, Paesaca termasuk alam semesta serta isinya. Kata Widhi berasal dari akar kata "VID" yang artinya widya (maha mengetahui). Beliau maha agung, suci murni, tenang dan tentram maha sempurna. Karena kesempurnaan Nya Beliau juga disebut "Parama Siwa". Beliau seutuhnya bersifat Purusa (cetana), merupakan kesadaran tertinggi yang melingkupi segalanya, tanpa aktifitas, belum ada pengaruh maya, dengan demikian Beliau bergelar "Nirguna Brahman".
Kemudian Sang Hyang Widhi mulai bermanifestasi, menjadikan diri Nya sendiri, berarti Beliau mulai menggunakan kekuatan maya Nya yang bersifat "Guna" sehingga kesadaran aslinya yang maha suci murni berkurang. (Ini adalah bentuk "pengorbanan" dari Sang Hyang Widhi untuk terciptanya kehidupan. red). Pada keadaan ini muncul kemahakuasaan Nya serba guna seperti berpendengaran serba jelas (Durasrawana), berpenglihatan serba jelas (Durasarwajna), mengetahui keadaan yang telah silam (Atita), yang sekarang (Wartamana) dan keadaan yang akan terjadi (Nagata). Beliau telah aktif, memiliki sifat pengampun, memberikan sinar penerangan, berinfiltrasi (Wyapi) tiada berwujud (Arupa) menjadi objek pemujaan dari semua makhluk, sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur hasil ciptaan Nya, maka beliau bergelar "Sada Siwa".
Melihat dari kemahakuasaan Nya yang memiliki sifat serba guna maka Beliau disebut juga sebagai "Saguna Brahman".
Sang Hyang Sadasiwa bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Anerawang, kemahakuasaan Nya berupa getaran-getaran halus.
Sang Hyang Anerawang bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Taya, kemahakuasaan Nya berupa bayangan yang masih samar-samar.
Sang Hyang Taya bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Ruci, kemahakuasaan Nya sudah berwujud tetapi belum jelas.
Sang Hyang Ruci bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Adi Suksma, kemahakuasaan Nya berupa embun yang gemerlapan.
Sang Hyang Adi Suksma bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Siwa , pada saat ini pengaruh kekuatan maya Nya sudah makin besar sehingga Beliau memiliki Guna yang sempurna, kemahakuasaan Nya berupa Sakti, memiliki kekuatan Cadu Sakti. Beliau maha kerja, berinfiltrasi ke jagat raya dan bersemayam pada semua makhluk, dengan demikian Beliau memiliki sebutan "Kriya Guna Brahman".
Sang Hyang Siwa bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu menjadi kekuatan Purusa (Cetana) dengan sebutan Sang Hyang Macongol, dan kekuatan Prakerti (Acetana) dengan sebutan Sang Hyang Mecaling.
Setelah Sang Hyang Siwa bermanifestasi menjadi dua kekuatan Purusa-Prakerti, dengan masing-masing kekuatan memiliki sifat berbeda-beda, kemudian kekuatan tersebut menyatu kembali. Maka terjadilah suatu proses yang menghasilkan suatu reaksi yang amat dahsyat yaitu terjadinya pijaran api yang tak terhingga besarnya. Akhirnya menjadi gumpalan api yang maha besar, memiliki gaya dan daya putaran (mudra). Keadaan ini disebut Brahmanda (telur Brahman). Pada saat terjadinya manifestasi ini disebut masa penciptaan, swabawa Beliau disebut Sang Hyang Tunggal.
Karena perputaran Brahmanda tersebut maha dahsyat, maka terlemparlah keluar berupa percikan-percikan api. Percikan-percikan inipun memiliki gaya dan daya putaran juga (mudra), bentuk ini disebut Mahatresu-Mahatresu. Mahatresu inilah menjadi istilah planet-planet termasuk Bumi. (Identik dengan teori Big Bang. red). Keseimbangan dan perputaran Bumi (Cakrawala) diatur oleh kekuatan manifestasi Sang Hyang Widhi dengan swabawa Nya Sang Hyang Eka Bumi sebagai pengatur keserasian planet-planet.
Sang Hyang Eka Bumi kemudian bermanifestasi lagi dengan swabawa Tri Murti dengan kemahakuasaan Nya sebagai pencipta, pemelihara, pemralina (pelebur) dan memberi kekuatan terhadap Tri Loka, yaitu :
Hyang Brahma sebagai kekuatan pencipta, menguasai Bhur Loka (Pertiwi).
Hyang Wisnu sebagai kekuatan pemelihara, menguasai Bwah Loka (Udara).
Hyang Siwa sebagai kekuatan pemralina (pelebur), menguasai Swah Loka (Langit).
Dari manifestasi Tri Murti inilah mulai adanya rantai kehidupan di jagat raya samasta, yaitu dengan adanya kelahiran (Utpeti), kehidupan (Stiti), dan kematian (Pralina) terkait tentang terciptanya tumbuh-tumbuhan (Sarwa Meletik), binatang (Sarwa Prani) dan manusia, demikian juga mengalami lahir, kehidupan dan kematian.
Selanjutnya Sang Hyang Tri Murti bermanifestasi lagi dengan swabawa Nya Sang Hyang Asta Siwa, dengan kemahakuasaan Nya berinfiltrasi pada masing-masing Dewa dengan swabawa Sang Hyang Asta Dewata sebagai manifestasi delapan kemuliaan Sang Hyang Widhi (Asta Aiswarya). Sang Hyang Asta Dewata menjadi kekuatan pada delapan penjuru mata angin untuk memelihara keseimbangan sekala-niskala (Wahya Diatmika) agar titah Nya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Demikian juga untuk memelihara keserasian dan keseimbangan Asta Dewata maka Sang Hyang Siwa berfungsi sebagai sumbu (sumber) dalam pengaturan titah tersebut, sehingga Beliau disebut Dewata Nawa Sanga, yaitu :
Madya/Tengah/Pusat/Poros/Sumbu yaitu Sang Hyang Siwa
Purwa/Kangin/Wetan/Timur yaitu Sang Hyang Iswara
Geniyan/Genean/Kelod Kangin/Tenggara yaitu Sang Hyang Mahesora
Daksina/Kelod/Kidul/Selatan yaitu Sang Hyang Brahma
Neriti/Kelod kauh/Barat Daya yaitu Sang Hyang Rudra
Pascima/Kauh/Kulon/Barat yaitu Sang Hyang Mahadewa
Wayabya/Kaja Kauh/Barat Laut yaitu Sang Hyang Sangkara
Uttara/Kaler/Lor/Utara yaitu Sang Hyang Wisnu
Ersaniya/Kaja Kangin/Timur Laut yaitu Sang Hyang Sambu
Kemudian Sang Hyang Siwa bermanifestasi sebagai kekuatan Segara (laut) dengan sebutan Sang Hyang Parama Wisesa dengan swabawa Nya Sang Hyang Siwa Waruna. Beliau maha sakti sebagai pelebur segala kekotoran bumi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Gunung dengan swabawa Nya Sang Hyang Giri Jaya.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Danau dengan swabawa Nya Sang Hyang Dewi Danuh.
Bermanifestasi sebagai kekuatan sawah (pertanian/perkebunan) dengan swabawa Nya Sang Hyang Dewi Sri.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Desa dengan swabawa Nya Sang Hyang Upasedana.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Bale Agung dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Bagawati.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Puseh dengan swabawa Nya Sang Hyang Ganapati.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Dalem Setra dengan swabawa Nya Sang Hyang Uma Dewi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Setra (kuburan) dengan swabawa Nya Sang Hyang Durga Dewi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pemuhunan (tempat pembakaran mayat) dengan swabawa Nya Sang Hyang Berawi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di Pura Penguluning Setra dengan swabawa Nya Sang Hyang Brahma Prajapati.
Bermanifestasi sebagai kekuatan di air pancoran atau bulakan atau mata air dengan swabawa Nya Sang Hyang Gayatri.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada jurang parung dengan swabawa Nya Sang Hyang Gangga Dewi.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada perempatan jalan (Catus Pata) dengan swabawa Nya Sang Hyang Catur Loka Pala.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada pertigaan jalan (Marga Tiga) dengan swabawa Nya Sang Hyang Sapuh Jagat.
Pelinggih / Stana tempat menghaturkan banten (sesajian) kepada manifestasi Sang Hyang Widhi yang disebut juga sebagai Sang Hyang Trisemaya atau Sang Hyang Sapuh Jagat.
Mulai ke Perumahan (Silahkan diserasikan juga dengan catatan saya sebelumnya tentang "Manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa dan Stana Nya")
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Kemulan/Rong Tiga dengan swabawa Nya Sang Hyang Guru Suksma. Beliau memiliki sifat Purusa-Pradana. Beliau adalah sumber dari segala pengajaran, meraga atma (berwujud atma/roh) pada rong kanan (selatan) bersifat Brahma sebagai Purusa dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Guru. Pada rong kiri (utara) bersifat Wisnu sebagai Pradana dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Adi Guru. Pada rong tengah menjadi penyatuan Purusa-Pradana meraga niratma (berwujud bukan atma/roh) bersifat Siwa dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Parama Adi Guru.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Catu Meres (Gedong yang tidak bertumpang) dengan swabawa Nya Sang Hyang Sri Manik Galih (Dewa padi dan beras atau sumber makanan).
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Gedong Sari (Sanggah Natah) dengan swabawa Nya Sang Hyang Siwa Reka.
Bermanifestasi sebagai kekuatan pada bangunan suci Piasan dengan swabawa Nya Sang Hyang Wenang.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Bhuta Dewa pada bangunan suci Taksu dengan swabawa Nya Sang Hyang bhuta Kala Raja.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Durga Maya pada bangunan suci Penunggun Karang dengan swabawa Nya Sang Hyang Durga Manik.
Durga Manik artinya Dharma Wisesa, bentuk kekuatan ini yang paling dekat dengan manusia, oleh karenanya apabila manusia tidak melaksanakan pekerti atau pemeliharaan secara spiritual terhadap Dwi Hita Karana (hubungan dengan lingkungannya) maka kekuatan ini akan memperingatkan manusia melalui kekuatan wisesanya. Demikian pula sebaliknya, kekuatan ini akan memberikan kekuatan Dharmanya jika manusia tetap melaksanakan hubungan baik dengan lingkungannya.
Bermanifestasi sebagai kekuatan penjaga atau proteksi di depan halaman (sebelah kanan pintu gerbang) pada bangunan suci Lebuh dengan swabawa Nya Sang Hyang Wisesa.
Bermanifestasi sebagai kekuatan Duara Pala pada setiap bangunan suci Kori, Apit Lawang (pintu gerbang) dengan swabawa Nya Sang Hyang Panca Kala. Kemudian di sebelah kanan pintu keluar Sang Maha Kala, di sebelah kiri Sang Adi Kala. Tepat di pintu masuk Sang Kala, di depan pintu Sang Sunia Kala, pada aling-aling Sang Dora Kala. Sehingga tercipta tanda + (tapak dara) pada pintu masuk pekarangan.
Sang Panca Kala bermanifestasi menjadi suatu kekuatan untuk menguji sradha (keimanan) manusia dengan swabawa Nya Sang Durga Bhucari. Kekuatan ini bertitik sentrum di depan halaman rumah (Lebuh).
Bermanifestasi sebagai kekuatan untuk menguji sradha manusia dengan swabawa Nya Sang Kala Buchari, dengan bertitik sentrum pada halaman rumah (natah).
Bermanifestasi sebagai kekuatan untuk menguji sradha manusia dengan swabawa Nya Sang Butha Buchari, dengan bertitik sentrum pada halaman tempat pemujaan (natah Pemerajan/Sanggah).
Demikian beberapa isi petikan dari beberapa sumber ajaran Hindu Bali, mungkin masih banyak yang kurang tetapi mudah-mudahan berguna untuk di sebar luaskan sebagai tambahan informasi yang edukatif, praktis dan merupakan katalisator dalam pengentasan kemiskinan spiritualitas.
Dikutip dari buku : Manifestasi Sang Hyang Widhi
Oleh : Drs. I.B. Putu Sudarsana, MBA. MM.
Yayasan Dharma Acarya Denpasar Bali.